Metode Jigsaw: Strategi Belajar Kolaboratif yang Efektif untuk Siswa

Metode Jigsaw

Metode jigsaw merupakan salah satu pendekatan dari model pembelajaran kooperatif yang mendorong terbentuknya keterlibatan antarsiswa, kolaborasi, dan saling ketergantungan (interdependence). Metode jigsaw dikembangkan pada awal tahun 1970-an oleh ahli psikologi sosial, Elliat Aronson, bersama mahasiswanya di University of Texas dan University of California Penerapan metode jigsaw melibatkan pembagian siswa ke dalam kelompok kecil. Setiap anggota dari masing-masing kelompok akan menjadi ahli (expert) dalam satu subtopik yang dibahas.

Istilah “jigsaw” yang dipakai untuk menamai bentuk pembelajaran kooperatif ini mengikuti fakta bahwa konsepnya mirip seperti penyusunan teka-teki jigsaw. Dalam hal ini, suatu topik dipecah menjadi beberapa subtopik. Setiap siswa dari masing-masing kelompok akan menjadi ahli dari satu subtopik tertentu. Ketika para ahli ini saling menyebarkan pengetahuan dan pemahamannya dalam kelompok tersebut, mereka semua akan membentuk pemahaman yang menyeluruh dan utuh terkait topik yang dibahas. Situasi ini mirip seperti teka-teki jigsaw yang tersusun secara sempurna sehingga membentuk gambar yang diharapkan.

Sintaks Metode Jigsaw

Langkah 1: Membagi materi
Pecahkan topik menjadi bagian-bagian yang dapat Anda kelola. Misalnya, jika mengajarkan transformasi geometri, Anda dapat membaginya menjadi translasi, rotasi, refleksi, dan dilatasi. Jika membahas tentang jenis-jenis fungsi, Anda dapat membaginya menjadi fungsi linear, fungsi kuadrat, fungsi eksponensial, fungsi logaritma, fungsi mutlak, dan sebagainya, sesuai tujuan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

Langkah 2: Membentuk kelompok ahli
Tetapkan setiap siswa ke kelompok asal (home group) dan berikan masing-masing anggota subtopik yang berbeda. Siswa kemudian bergabung dengan anggota dari kelompok lain yang memiliki subtopik yang sama untuk membentuk kelompok ahli (expert group). Dalam kelompok ini, mereka mempelajari dan mendiskusikan subtopik yang telah ditugaskan secara bersama-sama dan mendalam.

Langkah 3: Menguasai materi
Siswa dalam kelompok ahli berkolaborasi untuk memahami subtopik mereka secara menyeluruh. Mereka dapat menggunakan sumber belajar lain seperti buku teks, materi dari guru, atau internet. Pada saat ini, guru dapat memberikan bimbingan dan dukungan jika diperlukan.

Langkah 4: Mengajar anggota kelompok asal
Setelah menguasai subtopik yang ditugaskan, siswa kembali ke kelompok asal mereka. Setiap anggota mengajarkan subtopik yang telah mereka pelajari kepada anggota kelompok lainnya. Mereka harus memastikan semua anggota kelompok memahami seluruh topik.

Langkah 5: Penilaian dan sintesis
Guru mengevaluasi pemahaman siswa melalui kuis, presentasi, atau proyek kolaboratif untuk memastikan semua siswa menguasai materi secara keseluruhan.

Jika jumlah siswa tidak memungkinkan pembentukan kelompok dengan jumlah anggota yang sama, Anda dapat melakukan beberapa penyesuaian berikut dalam penerapan metode jigsaw untuk memastikan metode ini tetap berjalan efektif.

  1. Jika beberapa kelompok harus memiliki lebih sedikit atau lebih banyak anggota, sesuaikan pembagian materi. Contohnya, jika Anda mengajarkan empat subtopik dan ada kelompok dengan lima siswa, satu siswa dapat membantu anggota lainnya dengan memberikan klarifikasi tambahan.
  2. Jika ada siswa “lebih”, mereka dapat diminta untuk bergabung dengan dua kelompok ahli untuk membantu memahami dua subtopik secara sekaligus. Pastikan siswa ini mendapat dukungan penuh dari guru.
  3. Jika jumlah kelompok ahli tidak sesuai dengan jumlah subtopik, gabungkan dua subtopik untuk dipelajari oleh satu kelompok ahli. Pastikan subtopik yang digabungkan tidak terlalu berat sehingga tetap memungkinkan dipahami oleh kelompok ahli tersebut.
  4. Jika pembagian menjadi kelompok kecil terlalu sulit, gunakan pasangan sebagai kelompok ahli. Dua siswa bekerja bersama untuk mempelajari satu subtopik dan kemudian berbagi dengan kelompok asal mereka.
  5. Jika jumlah anggota tidak sama, manfaatkan teknologi untuk memperkuat proses belajar. Siswa yang sendiri atau di kelompok kecil dapat diberi akses ke video, simulasi, atau bahan tambahan untuk membantu mereka memahami topik dengan lebih baik.
  6. Dalam kelompok dengan anggota yang lebih banyak, beberapa siswa bisa diberi peran tambahan, seperti menjadi pengamat atau moderator diskusi. Peran ini memastikan semua siswa tetap terlibat meskipun kelompok mereka lebih besar.

Dengan sedikit fleksibilitas, metode jigsaw tetap dapat diterapkan meski jumlah siswa tidak ideal. Kuncinya adalah memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari proses belajar dan merasa bertanggung jawab atas pemahaman kelompok.

Manfaat Metode Jigsaw

Beberapa manfaat yang dapat terjadi sebagai akibat dari penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut.

  1. Siswa belajar bekerja sama, menghargai masukan satu sama lain, dan berbagi tanggung jawab untuk keberhasilan kelompok.
  2. Setiap siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat menjaga minat dan fokus belajar.
  3. Menjadi seorang “ahli” memberdayakan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam mempresentasikan dan mengajar.
  4. Keberhasilan kelompok bergantung pada kontribusi setiap anggotanya sehingga menekankan pentingnya kerja tim.

Skenario Penerapan Metode Jigsaw

Anda adalah guru matematika kelas X yang hendak mengajarkan topik terkait pangkat dan akar. Misalkan ada 31 siswa di kelas Anda. Pada topik tersebut, Anda dapat membaginya menjadi 4 subtopik, yaitu:

  1. Sifat-sifat pangkat, salah satunya adalah $a^m \cdot a^n = a^{m+n}.$
  2. Sifat-sifat akar, salah satunya adalah $\sqrt{a} \cdot \sqrt{b} = \sqrt{a \cdot b}.$
  3. Pangkat pecahan, yaitu $a^{m/n} = \sqrt[n]{a^m}.$
  4. Aplikasi pangkat dan akar dalam masalah kontekstual, misalnya perhitungan kecepatan rata-rata dalam fisika.

Bentuk 8 kelompok asal. Sebanyak 7 kelompok beranggotakan 4 siswa, sedangkan 1 kelompok sisanya beranggotakan 3 siswa. Setiap anggota kelompok asal diberi nomor (1 hingga 7). Kemudian, setiap anggota kelompok asal diberi tugas untuk mempelajari salah satu dari 4 subtopik yang telah ditetapkan di atas.

Semua siswa yang mempelajari subtopik yang sama bergabung untuk membentuk kelompok baru, yang selanjutnya disebut sebagai kelompok ahli.

  1. Kelompok ahli 1: Sifat-sifat pangkat
  2. Kelompok ahli 2: Sifat-sifat akar
  3. Kelompok ahli 3: Pangkat pecahan
  4. Kelompok ahli 4: Aplikasi pangkat dan akar dalam masalah kontekstual

Catatan: Untuk kelompok asal yang hanya beranggotakan 3 siswa, satu siswa dapat diberi tanggung jawab untuk mempelajari 2 subtopik sekaligus dengan didukung oleh bimbingan intensif dari guru. Siswa berkemampuan tinggi dapat dijadikan alternatif untuk mengambil posisi ini.

Setiap anggota kelompok ahli melakukan tiga hal berikut.

  1. Mempelajari subtopik yang ditugaskan guru melalui pemberian lembar kerja, video, atau referensi lain.
  2. Mendiskusikan cara menjelaskan dengan menyertakan contoh soal yang relevan.
  3. Membuat rencana untuk mengajarkan subtopik tersebut kepada anggota kelompok asal.

Dalam proses ini, siswa boleh diberi waktu sekitar 1 jam pelajaran (40-60 menit). Setelah waktu usai, siswa kembali ke kelompok asal mereka. Setiap ahli mengajarkan subtopik mereka kepada anggota kelompok asal secara bergiliran. Semua anggota mencatat dan memahami topik pangkat dan akar secara keseluruhan.

Pada tahap evaluasi, guru dapat memfasilitasi diskusi untuk menjawab pertanyaan atau kesulitan yang muncul. Guru juga dapat memberikan kuis sederhana untuk mengukur pemahaman individu terhadap semua subtopik. Sebagai tugas kelompok, mereka diminta untuk menyelesaikan soal yang mencakup seluruh topik, seperti soal cerita yang mengintegrasikan sifat pangkat dan akar.